Selasa, 08 Mei 2012

AKU BERHAK MENCINTAIMU

Siapapun berhak mendapatkan cinta dan kasih sayang. Bahkan tak hanya manusia, hewan dan tumbuhan juga berhak mendapatkan kasih sayang dari kita. Namun dalam hal ini, cinta dan kasih sayang yang dimaksud dalam opini kali ini adalah vinta dan kasih sayang diantara kita “manusia”.
Atas penciptaan manusia, adalah makhluk yang sempurna. Memiliki segala sifat dan sikap, juga belas kasih berupa keperdulian yang tinggi melalui hati. Bicara soal hati, cinta dan kasih sayang terlahir didalamnya. Sebuah rasa dan perasaan yang timbul secara batiniah, mampu memberikan perbedaan dan keingin tauhan jiwa seseorang di saat keadaan menuntut hati untuk memilih.
 Siapapun ketika dituntut untuk memilih, tentunya hati berperan besar dalam pilihan itu. Ketika hati merasakan gejolak cinta, maka pikiran ikut menentukan, ketika hati harus bebelas kasih, maka pikiran menuntukan jiwa untuk juga memilih. Oleh karena itu, menciptakan cinta bukanlah perkara yang mudah. Apalagi berbagi kasih, tentunya kita harus pandai memilih siapa yang berhak menerima cinta dan kasih sayang.

MENCINTA YANG APA ADANYA
Seorang lelaki berkata padaku, “Aku ingin mencintaimu apa adanya….”
bisiknya. Aku pun tertegun, kata-kata klise, batinku.
Akupun menjawab, “aku tidak mau dicintai apa adanya….aku mau
dicintai sebanyak aku mencintai!”, tegasku.
Lelaki itupun berlalu. Aku pun termangu.
Lama..akupun berfikir dan tetap berfikir. Mengapa harus ada “beda”
persepsi? Padahal tujuannya tetap sama. Yakni sama-sama menuju bahagia
dengan cinta?
Kutela’ah lagi semua kata-kata “mencintai apa adanya itu”. Kata-kata
yang tidak pernah didengungkan sang pujangga dalam puisinya, apalagi
seorang flamboyan dalam berjuangan mendapatkan cinta. Kata-kata itu
seolah kata-kata kepasrahan seorang lelaki biasa…
dan…tiba-tiba suatu mengalir di hatiku. Ada “sesuatu” dengan
kata-kata itu. Ada kekuatan yang ditorehkan dalam setiap jengkal katanya.
Lain kala…
kutatap mata sang lelaki. Ada apa disana? Kutemukan gemerlapan
harapan. Indah dan berpancar kuat dengan segenap perasaan. Ada
perlindungan, ada kesejukan dan…kasih yang dalam.
Ada apa dengan “mencintai apa adanya?”…
sang lelaki menjabarkan. ..bahwa.. .mencinta apa adanya diriku adalah
hal teristimewa yang Alloh berikan. Dengan mencintaku apa adanya tak
akan banyak tuntutan yang berpamrih lebih. Semuanya ikhlas…apapun
DAN bagaimanapun aku….sehingga rasa kecewa bisa terelaminir.
Dan….kalaupun justru harapannya padaku bisa jadi nyata atau lebih
dari yang sekedar dia harapkan, maka itu adalah bonus berkah yang akan
lebih disyukurinya lagi.
Ibarat…… saat sang ibu menyusui anaknya,ia akan terus menyusuinya
kendati sang anak memuntahkan susu yang telah diminumnya.. ..karena
baginya kebahagiaan dia adalah saat “memberi” susu itu..
atau seorang ulama yang berdakwah… .dia akan terus melakuan syiarnya
kendati orang-orang menghujatnya, tapi jika orang-orang mendengarkan
apalagi mengikuti petuahnya… maka kebahagiaan itu akan berlipat2.
……maka…sang lelakipun berkata….bahwa asa dan cinta tidaklah
selalu sama…
jika asa tak terjawab, rasa cinta akan tetap ada…..tapi jika asa
terlaksana.. .itu berkah dari cinta..
menuntutku terlalu banyak berpeluang menimbulkan luka…
maka diberlakukannya hanya memberi….memberi dan memberi….sebanyak
dia bisa
karena dia pun sadar…dia bukan lelaki sempurna
yang bisa saja berbuat lupa dan luka
aku pun kembali terpana….
lantas, jika aku ingin dicinta sebanyak aku mencinta, apa yang kurasa
jika dia tak mencinta sebanyak aku mencinta? Pasti kecewa dan luka!!!
maka…kualihkan rasa…
aku pun tak mau terluka….
akupun ingin merasakan bahagianya saat kita “memberikan” cinta…
bukan saat aku “menerima” apalagi “meminta” cinta.
Karena cinta tak perlu transaksi… apalagi berhitung untung rugi..
jika ingin berkah….cintailah cinta dengan apa adanya…
penuh keikhlasan.. .
Saatnya…
bagiku untuk berlaku seperti lelaki itu
belajar mencintai dirinya “apa adanya”, bukan mencintai karena “ada
apanya…”
dua kata yang hampir sama…
tapi berbeda makna.
Terus ajari aku..
bahwa Cinta yang paling sempurna hanyalah milik-Nya…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar